Senin, 05 Oktober 2009

Misteri Segitiga Bermuda



Segitiga bermuda, siapa yang mau kesana? Seraaaaaaaaaaam, semua orang pasti berfikir ribuan kali untuk mengunjungi tempat ini. Tapi baru- baru ini, beberapa ilmuwan Amerika, Perancis dan negara-negara lain pada saat survey di area dasar laut Segitiga Bermuda, Samudera Atlantik, menemukan sebuah piramida berdiri tegak di dasar laut yang tidak pernah diketahui, di bawah gelombang menggelora! Panjang sisi dasar piramida mencapai 300 meter, 200 meter, dan jarak ujung piramida ini dari permukaan laut sekitar 100 meter.

Ukuran piramida ini lebih besar dibandingkan dengan piramida Mesir kuno di tanah. Di atas piramida terdapat dua lubang yang sangat besar, penemuan baru ini membuat para ilmuwan bertanya- tanya. Ada beberapa sarjana Barat yang berpendapat bahwa piramida di dasar laut mungkin awalnya dibuat di daratan, dan ada gempa bumi yang dahsyat, dan tenggelam ke dasar laut bersama dengan perubahan dalam tanah. Ilmuwan lain berpendapat bahwa beberapa ratus tahun yang lalu di perairan kawasan Segitiga Bermuda mungkin pernah menjadi salah satu kegiatan dasar Atlantis, dan Piramida di dasar laut mungkin merupakan gudang persediaan mereka.

Apakah ini benar? Master Li Hongzhi dalam buku Zhuan Falun mempunyai penjelasan tentang penemuan peradaban prasejarah sebagai berikut;

"Di bumi ada benua Asia, Eropa, Amerika Selatan, Amerika Utara, Oceania, Afrika dan benua Antartika, yang ilmuwan geologi secara umum disebut 'lempeng kontinental'. Sejak terbentuknya lempeng kontinental sampai sekarang, ada sudah puluhan juta tahun sejarah. Dapat dikatakan bahwa banyak dari daratan juga berasal dari dasar laut ke atas, ada juga banyak daratan yang tenggelam ke dasar laut, sejak kondisi ini stabil sampai sekarang, sudah bersejarah puluhan juta tahun. Namun dalam banyak dasar laut, telah menemukan sejumlah besar bangunan besar dengan ukiran indah, dan bukan dari warisan budaya umat manusia modern, sehingga bangunan itu telah dibuat sebelum ia tenggelam ke dasar laut. "Dilihat dari sudut ini, misteri asal mula Piramida dasar laut telah diselesaikan.

Baca Selengkapnya..

Kamis, 01 Oktober 2009

Gilaaa....Mau Jadi Milyarder Gak Usah Repot


Siapa yang gak mau jadi milyarder, semua orang pasti ingin merasakannya. Rumah mewah, mobil mewah, punya hotel, punya kapal, wah pokoknya apa yang kita bayangkan semua pasti terwujud... lah wong duit nya juga gak ketampung mo disimpen dimana hayoo..

Nah ada kabar gembira nih bagi yang mo ngerasain jadi milyarder, gimana mau gak? Ternyata di Zimbabwe meskipun negara yang bisa dibilang masih terbelakang tapi orang orang nya milyarder semua loh, warga Zimbabwe akrab dengan uang sekarang miliaran, bahkan triliunan dolar Zimbabwe. Bagi kamu yang mau jadi milyarder tinggal cabut aja ke sono, dijamin deh.

Uang 20 miliar dolar Zimbabwe (setara dengan $ 1 dolar AS) hanya dapat digunakan untuk membeli 2 kg gula! Awal pekan ini Pemerintah Zimbabwe mengeluarkan uang kertas baru dengan nominal 100 miliar dolar Zimbabwe. Hahaha gila gak tuh, aku kira gak ada yang lebih parah dari negara kita yang mencapai nominal 100rb/ lembar uang kertas. Di Zimbabwe lebih parah lagi 100 miliar/ lembar uang kertas. Harap dicatat, jumlah angka nol dalam jumlah mencapai 11 potong. Akibat krisis ekonomi dan politik berkepanjangan, Tahun ini hiperinflasi melanda Zimbabwe yang memaksa pemerintah mengeluarkan mata uang baru yang nilainya fantastis. telah tercetak mata uang dengan nominal 100 juta, 250 juta, dan 500 juta.

Warga Zimbabwe sekarang membelanjakan uang untuk kebutuhan mereka sehari-hari dalam besaran triliun. Keren banget tuh, bayangkan kalo aku menjadi kasir di sebuah supermarket atau dagang di sana yang memerlukan alat hitung seperti kalkulator, gimana ngitung nya ya?

Para ahli setuju, sejauh ini, inflasi di Zimbabwe merupakan yang terbesar dalam sejarah. Tidak sekali ini terjadi hiperinflasi di dunia. Di Yugoslavia, misalnya, tingkat inflasi antara Oktober 1993 dan Januari 1994 mencapai 5 Quadrillion persen. Pemerintah terpaksa mengeluarkan mata uang dengan nominal 500 miliar dinar tahun 1993. Di Jerman, pasca-Perang Dunia II, harga dua kali lipat setiap dua hari. Reichsbank telah mengeluarkan mata uang yang nominal tertingginya mencapai 100 triliun mark. Nah udah jelas kan, so.. bagaimana menurut anda? Menjadi milyarder tapi hanya bisa membeli beberapa kilogram kopi. Kasian banget.

Baca Selengkapnya..

Kota Yerusalem


Kota Yerusalem seluruh dunia pasti tahu donk..., nah saya mo coba cari tahu tentang kota penuh sejarah ini.
Kota Yerusalem (Kota Perdamaian) mungkin adalah salah satu kota paling terkenal di seluruh dunia. Tidak hanya
sebuah kota suci bagi agama Samawi (Yahudi, Kristen, dan Islam) tetapi juga terkenal dengan monumen arkeologi. Ini adalah kota Temple Mount, Tembok Barat (sisa-sisa dari Bait Suci Kedua), Mesjid Al-Aqsa, Menara Daud dan Golden Gate. Ia juga merupakan kota Perjamuan Terakhir, dan Gereja Makam Suci (di mana Yesus disalibkan).

Yerusalem adalah kota yang terletak di ketinggian sekitar dua setengah ribu meter di atas permukaan laut. Bukit Zaitun juga terletak di dekatnya. Yerusalem menerima sejumlah besar pengunjung banyak dari wisatawan internasional. Terlepas dari monumen arkeologi, situs favorit lain adalah museum Israel, rumah Gulungan Laut Mati.

Diabadikan dalam catatan sejarah sebagai kota Daud, spiritual dan pusat keagamaan orang-orang Yahudi. memiliki sejarah bangsa Israel pertama sejak meraih kendali atas kota sekitar 1.400 SM Beberapa yang menarik dari masa lalu yang terkenal termasuk:
~ Raja Daud menyatakan Yerusalem sebagai ibu kota di abad ke-10 SM.
~ Nebukadnezar (Babel) merebut Yerusalem pada tahun 586 SM.
~ Alexander Agung memasuki kota pada 332 SM.
~ Pompey menduduki kota di 65 SM. Dan di bawah Herodes, kota ini dibangun kembali di sepanjang garis Romawi.
~ Orang Yahudi memberontak melawan Roma di 70 M.
~ Kota menyaksikan suatu periode yang singkat dari kekuasaan Persia di antara 614-629 M.
~ kota ini jatuh ke Omar pada tahun 636 M.
~ Tentara Salib merebut kota Yerusalem pada tahun 1099 Masehi.
~ Jatuh ke tangan Saladin pada 1187 Masehi.
~ Inggris merebut Yerusalem pada tahun 1918, dan wilayah Palestina menjadi Mandat Britania pada tahun 1922.
~ Bangsa Israel modern lahir pada tahun 1948 merebut Yerusalem sebagai ibukota abadi.

Yerusalem menjadi kota yang diperebutkan dari masa ke masa antar agama samawi, dan mungkin sampai hari kiamat tiba.

Baca Selengkapnya..

Selasa, 22 September 2009

Amerika Sebelum Kehadiran Columbus


Suku pertama dari Asia sampai di Amerika sekitar 25.000 tahun yang lalu, di seberang Selat Bering. Dan sekitar 4.000 tahun yang lalu, mereka belajar cara menanam jagung. Peradaban besar pertama mereka (sekitar tahun 600 Masehi) - di dataran tinggi Amerika Tengah - adalah Indian Maya. Mereka tinggal di kota-kota besar, dan membangun piramida besar yang menjadi kuil bagi dewa-dewa mereka. Di antara orang liar ini adalah suku Aztec. Mereka menetap di sebuah pulau pasir di Danau Tezcuco, di mana Kota Mexico sekarang berdiri. Mereka menikahi putri pemimpin lokal, kemudian membunuhnya sebagai kurban manusia. Tindakan mengerikan ini membuat ketakutan suku-suku tetangga, dan menjadikan perang di mana Aztec muncul sebagai pemenang. Aztec kemudian mulai menyebarkan kekuasaan mereka. Mereka berjuang melawan beberapa kota, dan membuat aliansi dengan yang lain. Meskipun mereka tidak memiliki roda atau kuda, mereka berjalan lebih jauh dan lebih jauh. Meskipun mereka tidak bisa menulis puisi atau melukis keramik, barbar ini berhasil membawa bangsa-bangsa beradab Amerika Tengah di bawah kuk mereka. Namun Tlaxcalans pemberani, yang menghargai kebebasan mereka dan memilih untuk mati dalam pertempuran daripada diperbudak. The Tlaxcalans membuat aliansi dengan Cortes dan kelompok tentara kecil, dan menyerang wilayah Aztec. Aztec menolak keras, namun dikalahkan pada akhirnya. Tirani mereka mencapai titik ajalnya ... Sekitar 3.000 tahun yang lalu, banyak suku-suku kecil telah membuat jalan masuk ke Amerika Selatan. Di dataran tinggi Andes (Peru), mereka belajar bagaimana untuk menanam tumbuhan liar kentang untuk makanan. Pada abad kelima belas, Kerajaan Inca yang didirikan oleh Inca Manco, yang mengaku diturunkan dari dewa Matahari. Inca Manco menjadi pemimpin suku Cuzco. Suku Inca kemudian memperluas kekuasaan mereka atas banyak suku-suku lain. Penting untuk memahami bahwa suku Inca adalah sebuah keluarga, dan bukan suku yang berbeda. Mereka berbicara dalam bahasa Quechua. Suku Inca yang besar pembuat undang-undang dan pembangun - mereka membuat jalan beraspal dengan batu untuk tentara dan pedagang. Mereka membangun rumah peristirahatan untuk pengunjung, dan toko untuk digunakan di masa kelaparan. Peradaban Inca sangat tertib, dan teratur. Semua orang punya tempat, dan mereka adalah gunakan untuk semua orang.

Baca Selengkapnya..

Senin, 14 September 2009

Tokoh Pertama Haramkan Ganja


Tahukah kamu. sampai abad Ketiga Hijriah, fiqh tidak pernah berbicara soal ganja. Yang
pertama kali mengeluarkan fatwa tentang ganja adalah Imam al-Muzani, murid dari Imam al-Syafi'i (175-164 H). Fatwa al Muzani merupakan reaksi ulama atas semaraknya fenomena zat adiktif ini dalam kehidupan masyarakat di Iraq waktu itu. Al-Muzanni mengeluarkan fatwa haram terhadap ganja, meskipun sebelumnya belum ada ulama ( baik Abu Hanifah, Malik atau Syafi'i) yang mengharamkannya, karena memang pada masa mereka ganja belum umum dikonsumsi. Pada masa al-Muzanni fenomena ganja mencapai eskalasi yang sangat
menghawatirkan. Akhirnya, murid al-Syafi’i itu menyatakan bahwa ganja
haram dikonsumsi. Fatwa dari al-Muzanni ini sempat ditentang oleh oleh
Asad bin Amr, murid Abu Hanifah. Asad menyatakan bahwa ganja boleh
dikonsumsi. Tapi, akhirnya semua ulama sepakat bahwa ganja haram
dikonsumsi, karena telah membawa malapetaka yang sangat besar terhadap
masyarakat.
Konon, pada masa itu ganja telah umum dikonsumsi masyarakat. Sehingga sangat
banyak orang yang kecanduan dan mengalami gangguan pikiran. Bahkan,
para cendekiawan banyak yang linglung. Orang-orang pintar banyak yang
tak waras gara-gara ganja. Akhirmya, para ulama di Transoxinia (Ma
Wara’a al-Nahr) bersepakat mengharamkannya, sesuai dengan fatwa
al-Muzanni.
Ulama kala itu juga mengeluarkan fatwa agar daun ganja dibakar; uang hasil
transaksi ganja haram; penjual dan yang mengkonsumsi ganja harus diberi
hukuman; orang yang melakukan talak pada saat sakau oleh ganja,
talaknya jadi meskipun ia sedang tidak sadar.

Baca Selengkapnya..

Senin, 31 Agustus 2009

Asal Muasal Nama Hari


Tahukah kamu asal mula nama- nama hari? Sebagian orang percaya bahwa langit itu berlapis tujuh. ini ada kaitannya dengan tujuh benda langit yang memiliki jarak yang berbeda. maksudnya benda yang lebih cepat jaraknya dianggap lebih dekat jaraknya. lalu akan digambarkan seolah-olah benda-benda tersebut berada pada lapisan langit yang berbeda-beda dan mereka mengelilingi bumi yang berada di tengah-tengah. Di langit pertama ada Bulan,benda langit yang bergerak cepat sehingga di anggap paling dekat. langit yang kedua ditempati Merkurius ( bintang Utarid). Venus (bintang kejora) ditempat ketiga. kemudian Matahari di posisi empat. Dilangit kelima adalah Mars (bintang Marikh) langit ke enam adlah Jupiter (bintang musytari) dan yang ketujuh adlah saturnus (bintang Ziarah). inilah keyakinan lama yang menganggap Bumi sebagai pusat semesta. Orang-orang dahulu (khususnya Romawi dan Yunani) juga percaya bahwa ketujuh benda langit itu adalah dewa-dewa yang memengaruhi kehidupan di Bumi. Pengaruh-nya bergantian dari jam ke jam, dengan urutan mulai dari yang terjauh (menurut pengetahuan mereka) yaitu Saturnus, sampai yang terdekat yakni Bulan. Pada jam 00.00, Saturnus-lah yang dianggap berpengaruh pada kehidupan manusia. Karena itu, hari pertama disebut Saturday (hari Saturnus) dalam bahasa Inggris, atau Sabtu dalam bahasa Indonesia. Ternyata, jika kita menghitung hari sampai tahun 1 Masehi, tanggal 1 Januari tahun 1, memang jatuh pada hari Sabtu.
Bila diurut selama 24 jam, jam 00.00 berikut-nya jatuh pada Matahari. Jadi-lah hari itu sebagai hari Matahari (Sunday). Setelah Sun’s day adalah Moon’s day (Monday). Hari berikut-nya adalah Tiw’s day (Tuesday). Tiw adalah nama Anglo-Saxon untuk Dewa Mars (dewa perang Romawi kuno). Berikut-nya adalah Woden’s day (Wednesday). Woden adalah nama Anglo-Saxon untuk Dewa Merkurius (dewa perdagangan Romawi kuno). Berikut-nya lagi Thor’s day (Thursday). Thor adalah nama Anglo-Saxon untuk Dewa Jupiter (dewa Petir, raja para dewa Romawi). Terakhir adalah Freyja’s day (Friday). Freyja adalah nama Anglo-Saxon untuk Dewi Venus (dewi kecantikan Rowawi kuno).
Jumlah hari yang ada tujuh itu, dalam bahasa Arab, nama-nama hari-nya disebut berdasarkan urutan: satu, dua, tiga, sampai tujuh, yakni ahad, itsnain, tsalatsah, arba’ah, khamsah, sittah, dan sab’ah. Bahasa Indonesia mengikuti penamaan Arab ini, sehingga menjadi Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at, dan Sabtu. Hari keenam disebut secara khusus: Jum’at, sebab itu-lah penamaan yang diberi-kan Allah di dalam Al-Qur’an, yang menunjuk-kan ada-nya kewajiban shalat Jum’at berjamaah.
Penamaan Minggu berasal dari bahasa Portugis, Dominggo, yang berarti hari Tuhan. Ini berdasar-kan kepercayaan Kristen bahwa pada hari itu Yesus bangkit. Tetapi, orang Islam tidak mempercayai hal itu (berbeda agama maka beda pula cerita yang dicerita-kan agama masing-masing), sehingga lebih menyukai pemakaian “Ahad” daripada “Minggu”

Baca Selengkapnya..

Selasa, 25 Agustus 2009

Mendongkrak Teori Masuknya Islam ke Nusantara


Tahukah kamu, menurut buku-buku sejarah yang sampai sekarang masih menjadi buku pegangan bagi para pelajar kita, dari tingkat sekolah dasar hingga lanjutan atas, bahkan di beberapa perguruan tinggi. Bahwa Islam masuk ke Nusantara dibawa para pedagang dari Gujarat, India, di abad ke 14 Masehi. Namun, teori Gujarat ini berasal dari seorang orientalis asal Belanda yang seluruh hidupnya didedikasikan untuk menghancurkan Islam. Orientalis ini bernama Snouck Hurgronje, yang demi mencapai tujuannya, ia mempelajari bahasa Arab dengan sangat giat, mengaku sebagai seorang Muslim, dan bahkan mengawini seorang Muslimah, anak seorang tokoh di zamannya.

Menurut sejumlah pakar sejarah dan juga arkeolog, jauh sebelum Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, telah terjadi kontak dagang antara para pedagang Cina, Nusantara, dan Arab. Jalur perdagangan selatan ini sudah ramai saat itu.

Mengutip buku Gerilya Salib di Serambi Makkah (Rizki Ridyasmara, Pustaka Alkautsar, 2006) yang banyak memaparkan bukti-bukti sejarah soal masuknya Islam di Nusantara, Peter Bellwood, Reader in Archaeology di Australia National University, telah melakukan banyak penelitian arkeologis di Polynesia dan Asia Tenggara.

Bellwood menemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa sebelum abad kelima masehi, yang berarti Nabi Muhammad SAW belum lahir, beberapa jalur perdagangan utama telah berkembang menghubungkan kepulauan Nusantara dengan Cina. Temuan beberapa tembikar Cina serta benda-benda perunggu dari zaman Dinasti Han dan zaman-zaman sesudahnya di selatan Sumatera dan di Jawa Timur membuktikan hal ini.

Dalam catatan kakinya Bellwood menulis, “Museum Nasional di Jakarta memiliki beberapa bejana keramik dari beberapa situs di Sumatera Utara. Selain itu, banyak barang perunggu Cina, yang beberapa di antaranya mungkin bertarikh akhir masa Dinasti Zhou (sebelum 221 SM), berada dalam koleksi pribadi di London. Benda-benda ini dilaporkan berasal dari kuburan di Lumajang, Jawa Timur, yang sudah sering dijarah…” Bellwood dengan ini hendak menyatakan bahwa sebelum tahun 221 SM, para pedagang pribumi diketahui telah melakukan hubungan dagang dengan para pedagang dari Cina.

Masih menurutnya, perdagangan pada zaman itu di Nusantara dilakukan antar sesama pedagang, tanpa ikut campurnya kerajaan, jika yang dimaksudkan kerajaan adalah pemerintahan dengan raja dan memiliki wilayah yang luas. Sebab kerajaan Budha Sriwijaya yang berpusat di selatan Sumatera baru didirikan pada tahun 607 Masehi (Wolters 1967; Hall 1967, 1985). Tapi bisa saja terjadi, “kerajaan-kerajaan kecil” yang tersebar di beberapa pesisir pantai sudah berdiri, walau yang terakhir ini tidak dijumpai catatannya.

Di Jawa, masa sebelum masehi juga tidak ada catatan tertulisnya. Pangeran Aji Saka sendiri baru “diketahui” memulai sistem penulisan huruf Jawi kuno berdasarkan pada tipologi huruf Hindustan pada masa antara 0 sampai 100 Masehi. Dalam periode ini di Kalimantan telah berdiri Kerajaan Hindu Kutai dan Kerajaan Langasuka di Kedah, Malaya. Tarumanegara di Jawa Barat baru berdiri tahun 400-an Masehi. Di Sumatera, agama Budha baru menyebar pada tahun 425 Masehi dan mencapai kejayaan pada masa Kerajaan Sriwijaya.

Temuan G. R Tibbets
Adanya jalur perdagangan utama dari Nusantara—terutama Sumatera dan Jawa—dengan Cina juga diakui oleh sejarahwan G. R. Tibbetts. Bahkan Tibbetts-lah orang yang dengan tekun meneliti hubungan perniagaan yang terjadi antara para pedagang dari Jazirah Arab dengan para pedagang dari wilayah Asia Tenggara pada zaman pra Islam. Tibbetts menemukan bukti-bukti adanya kontak dagang antara negeri Arab dengan Nusantara saat itu.

“Keadaan ini terjadi karena kepulauan Nusantara telah menjadi tempat persinggahan kapal-kapal pedagang Arab yang berlayar ke negeri Cina sejak abad kelima Masehi, ” tulis Tibbets. Jadi peta perdagangan saat itu terutama di selatan adalah Arab-Nusantara-China.

Sebuah dokumen kuno asal Tiongkok juga menyebutkan bahwa menjelang seperempat tahun 700 M atau sekitar tahun 625 M—hanya berbeda 15 tahun setelah Rasulullah menerima wahyu pertama atau sembilan setengah tahun setelah Rasulullah berdakwah terang-terangan kepada bangsa Arab—di sebuah pesisir pantai Sumatera sudah ditemukan sebuah perkampungan Arab Muslim yang masih berada dalam kekuasaan wilayah Kerajaan Budha Sriwijaya.

Di perkampungan-perkampungan ini, orang-orang Arab bermukim dan telah melakukan asimilasi dengan penduduk pribumi dengan jalan menikahi perempuan-perempuan lokal secara damai. Mereka sudah beranak–pinak di sana. Dari perkampungan-perkampungan ini mulai didirikan tempat-tempat pengajian al-Qur’an dan pengajaran tentang Islam sebagai cikal bakal madrasah dan pesantren, umumnya juga merupakan tempat beribadah (masjid).

Temuan ini diperkuat Prof. Dr. HAMKA yang menyebut bahwa seorang pencatat sejarah Tiongkok yang mengembara pada tahun 674 M telah menemukan satu kelompok bangsa Arab yang membuat kampung dan berdiam di pesisir Barat Sumatera. Ini sebabnya, HAMKA menulis bahwa penemuan tersebut telah mengubah pandangan orang tentang sejarah masuknya agama Islam di Tanah Air. HAMKA juga menambahkan bahwa temuan ini telah diyakini kebenarannya oleh para pencatat sejarah dunia Islam di Princetown University di Amerika.

Sejarahwan T. W. Arnold dalam karyanya “The Preaching of Islam” (1968) juga menguatkan temuan bahwa agama Islam telah dibawa oleh mubaligh-mubaligh Islam asal jazirah Arab ke Nusantara sejak awal abad ke-7 M.

Setelah abad ke-7 M, Islam mulai berkembang di kawasan ini, misal, menurut laporan sejarah negeri Tiongkok bahwa pada tahun 977 M, seorang duta Islam bernama Pu Ali (Abu Ali) diketahui telah mengunjungi negeri Tiongkok mewakili sebuah negeri di Nusantara (F. Hirth dan W. W. Rockhill (terj), Chau Ju Kua, His Work On Chinese and Arab Trade in XII Centuries, St.Petersburg: Paragon Book, 1966, hal. 159).

Bukti lainnya, di daerah Leran, Gresik, Jawa Timur, sebuah batu nisan kepunyaan seorang Muslimah bernama Fatimah binti Maimun bertanggal tahun 1082 telah ditemukan. Penemuan ini membuktikan bahwa Islam telah merambah Jawa Timur di abad ke-11 M (S. Q. Fatini, Islam Comes to Malaysia, Singapura: M. S. R.I., 1963, hal. 39).

Dari bukti-bukti di atas, dapat dipastikan bahwa Islam telah masuk ke Nusantara pada masa Rasulullah masih hidup. Secara ringkas dapat dipaparkan sebagai berikut: Rasululah menerima wahyu pertama di tahun 610 M, dua setengah tahun kemudian menerima wahyu kedua (kuartal pertama tahun 613 M), lalu tiga tahun lamanya berdakwah secara diam-diam—periode Arqam bin Abil Arqam (sampai sekitar kuartal pertama tahun 616 M), setelah itu baru melakukan dakwah secara terbuka dari Makkah ke seluruh Jazirah Arab.

Menurut literatur kuno Tiongkok, sekitar tahun 625 M telah ada sebuah perkampungan Arab Islam di pesisir Sumatera (Barus). Jadi hanya 9 tahun sejak Rasulullah SAW memproklamirkan dakwah Islam secara terbuka, di pesisir Sumatera sudah terdapat sebuah perkampungan Islam.

Selaras dengan zamannya, saat itu umat Islam belum memiliki mushaf Al-Qur’an, karena mushaf Al-Qur’an baru selesai dibukukan pada zaman Khalif Utsman bin Affan pada tahun 30 H atau 651 M. Naskah Qur’an pertama kali hanya dibuat tujuh buah yang kemudian oleh Khalif Utsman dikirim ke pusat-pusat kekuasaan kaum Muslimin yang dipandang penting yakni (1) Makkah, (2) Damaskus, (3) San’a di Yaman, (4) Bahrain, (5) Basrah, (6) Kuffah, dan (7) yang terakhir dipegang sendiri oleh Khalif Utsman.

Naskah Qur’an yang tujuh itu dibubuhi cap kekhalifahan dan menjadi dasar bagi semua pihak yang berkeinginan menulis ulang. Naskah-naskah tua dari zaman Khalifah Utsman bin Affan itu masih bisa dijumpai dan tersimpan pada berbagai museum dunia. Sebuah di antaranya tersimpan pada Museum di Tashkent, Asia Tengah.

Mengingat bekas-bekas darah pada lembaran-lembaran naskah tua itu maka pihak-pihak kepurbakalaan memastikan bahwa naskah Qur’an itu merupakan al-Mushaf yang tengah dibaca Khalif Utsman sewaktu mendadak kaum perusuh di Ibukota menyerbu gedung kediamannya dan membunuh sang Khalifah.

Perjanjian Versailes (Versailes Treaty), yaitu perjanjian damai yang diikat pihak Sekutu dengan Jerman pada akhir Perang Dunia I, di dalam pasal 246 mencantumkan sebuah ketentuan mengenai naskah tua peninggalan Khalifah Ustman bin Affan itu yang berbunyi: (246) Di dalam tempo enam bulan sesudah Perjanjian sekarang ini memperoleh kekuatannya, pihak Jerman menyerahkan kepada Yang Mulia Raja Hejaz naskah asli Al-Qur’an dari masa Khalif Utsman, yang diangkut dari Madinah oleh pembesar-pembesar Turki, dan menurut keterangan, telah dihadiahkan kepada bekas Kaisar William II (Joesoef Sou’yb, Sejarah Khulafaur Rasyidin, Bulan Bintang, cet. 1, 1979, hal. 390-391).

Sebab itu, cara berdoa dan beribadah lainnya pada saat itu diyakini berdasarkan ingatan para pedagang Arab Islam yang juga termasuk para al-Huffadz atau penghapal al-Qur’an.

Menengok catatan sejarah, pada seperempat abad ke-7 M, kerajaan Budha Sriwijaya tengah berkuasa atas Sumatera. Untuk bisa mendirikan sebuah perkampungan yang berbeda dari agama resmi kerajaan—perkampungan Arab Islam—tentu membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum diizinkan penguasa atau raja. Harus bersosialisasi dengan baik dulu kepada penguasa, hingga akrab dan dipercaya oleh kalangan kerajaan maupun rakyat sekitar, menambah populasi Muslim di wilayah yang sama yang berarti para pedagang Arab ini melakukan pembauran dengan jalan menikahi perempuan-perempuan pribumi dan memiliki anak, setelah semua syarat itu terpenuhi baru mereka—para pedagang Arab Islam ini—bisa mendirikan sebuah kampung di mana nilai-nilai Islam bisa hidup di bawah kekuasaan kerajaan Budha Sriwijaya.

Perjalanan dari Sumatera sampai ke Makkah pada abad itu, dengan mempergunakan kapal laut dan transit dulu di Tanjung Comorin, India, konon memakan waktu dua setengah sampai hampir tiga tahun. Jika tahun 625 dikurangi 2, 5 tahun, maka yang didapat adalah tahun 622 Masehi lebih enam bulan. Untuk melengkapi semua syarat mendirikan sebuah perkampungan Islam seperti yang telah disinggung di atas, setidaknya memerlukan waktu selama 5 hingga 10 tahun.

Jika ini yang terjadi, maka sesungguhnya para pedagang Arab yang mula-mula membawa Islam masuk ke Nusantara adalah orang-orang Arab Islam generasi pertama para shahabat Rasulullah, segenerasi dengan Ali bin Abi Thalib r. A..

Kenyataan inilah yang membuat sejarawan Ahmad Mansyur Suryanegara sangat yakin bahwa Islam masuk ke Nusantara pada saat Rasulullah masih hidup di Makkah dan Madinah. Bahkan Mansyur Suryanegara lebih berani lagi dengan menegaskan bahwa sebelum Muhammad diangkat menjadi Rasul, saat masih memimpin kabilah dagang kepunyaan Khadijah ke Syam dan dikenal sebagai seorang pemuda Arab yang berasal dari keluarga bangsawan Quraisy yang jujur, rendah hati, amanah, kuat, dan cerdas, di sinilah ia bertemu dengan para pedagang dari Nusantara yang juga telah menjangkau negeri Syam untuk berniaga.

Sebab itu, ketika Muhammad diangkat menjadi Rasul dan mendakwahkan Islam, maka para pedagang di Nusantara sudah mengenal beliau dengan baik dan dengan cepat dan tangan terbuka menerima dakwah beliau itu,” ujar Mansyur yakin.

Dalam literatur kuno asal Tiongkok tersebut, orang-orang Arab disebut sebagai orang-orang Ta Shih, sedang Amirul Mukminin disebut sebagai Tan mi mo ni’. Disebutkan bahwa duta Tan mi mo ni’, utusan Khalifah, telah hadir di Nusantara pada tahun 651 Masehi atau 31 Hijriah dan menceritakan bahwa mereka telah mendirikan Daulah Islamiyah dengan telah tiga kali berganti kepemimpinan. Dengan demikian, duta Muslim itu datang ke Nusantara di perkampungan Islam di pesisir pantai Sumatera pada saat kepemimpinan Khalifah Utsman bin Affan (644-656 M). Hanya berselang duapuluh tahun setelah Rasulullah SAW wafat (632 M).

Catatan-catatan kuno itu juga memaparkan bahwa para peziarah Budha dari Cina sering menumpang kapal-kapal ekspedisi milik orang-orang Arab sejak menjelang abad ke-7 Masehi untuk mengunjungi India dengan singgah di Malaka yang menjadi wilayah kerajaan Budha Sriwijaya.

Gujarat Sekadar Tempat Singgah
Jelas, Islam di Nusantara termasuk generasi Islam pertama. Inilah yang oleh banyak sejarawan dikenal sebagai Teori Makkah. Jadi Islam di Nusantara ini sebenarnya bukan berasal dari para pedagang India (Gujarat) atau yang dikenal sebagai Teori Gujarat yang berasal dari Snouck Hurgronje, karena para pedagang yang datang dari India, mereka ini sebenarnya berasal dari Jazirah Arab, lalu dalam perjalanan melayari lautan menuju Sumatera (Kutaraja atau Banda Aceh sekarang ini) mereka singgah dulu di India yang daratannya merupakan sebuah tanjung besar (Tanjung Comorin) yang menjorok ke tengah Samudera Hindia dan nyaris tepat berada di tengah antara Jazirah Arab dengan Sumatera.

Bukalah atlas Asia Selatan, kita akan bisa memahami mengapa para pedagang dari Jazirah Arab menjadikan India sebagai tempat transit yang sangat strategis sebelum meneruskan perjalanan ke Sumatera maupun yang meneruskan ekspedisi ke Kanton di Cina. Setelah singgah di India beberapa lama, pedagang Arab ini terus berlayar ke Banda Aceh, Barus, terus menyusuri pesisir Barat Sumatera, atau juga ada yang ke Malaka dan terus ke berbagai pusat-pusat perdagangan di daerah ini hingga pusat Kerajaan Budha Sriwijaya di selatan Sumatera (sekitar Palembang), lalu mereka ada pula yang melanjutkan ekspedisi ke Cina atau Jawa.

Disebabkan letaknya yang sangat strategis, selain Barus, Banda Aceh ini telah dikenal sejak zaman dahulu. Rute pelayaran perniagaan dari Makkah dan India menuju Malaka, pertama-tama diyakini bersinggungan dahulu dengan Banda Aceh, baru menyusuri pesisir barat Sumatera menuju Barus. Dengan demikian, bukan hal yang aneh jika Banda Aceh inilah yang pertama kali disinari cahaya Islam yang dibawa oleh para pedagang Arab. Sebab itu, Banda Aceh sampai sekarang dikenal dengan sebutan Serambi Makkah.

*Sumber: swaramuslim.com

Baca Selengkapnya..